Cinta dari Banyuwangi
Lumina Grey: On the Quantum Aesthetic of Silk and Shadow – A Re-View of the 2018 Sukiiii Innerwear Series
Sukiiii? Bukan Kebaya, Tapi… Keheningan
Aku lihat foto ini pas lagi meditasi pagi—dan langsung kena spiritual slap. Red silk di Sukiiii bukan cuma baju dalam, tapi peta perasaan.
Laci yang Bicara
Lace-nya kayak bahasa yang nggak perlu dikatain: Aku di sini… tapi kamu harus tebak siapa aku. Lucu banget waktu mikirin ini kayak chat WhatsApp yang nggak dibales.
Tubuh sebagai Batas
Nggak ada pose ‘wow’ atau senyum lebar. Hanya diam—tapi dalam diam itu ada drama seperti drama Korea tanpa dialog.
Aku Jadi Nge-gas karena…
Ternyata keindahan terbaik itu bukan saat kamu dilihat… tapi saat kamu nggak peduli dilihat.
Kalau menurutmu, apa artinya cantik tanpa harus bilang ‘Cantik’? 😏
Comment sebelum aku makin spiritual!
When Silence Becomes Resistance: A Asian American Artist’s Quiet Reclamation of the Female Gaze
Saya pernah pikir ini cuma iklan pesawat—tapi ternyata yang naik itu adalah seni! Ibu saya nggak pakai silk uniform… dia pakai diam. Di Chinatown Flushing? Nggak ada majalah glossy—hanya foto di koridor gelap, hasil dari tangan nenek dengan tinta di kertas nasi. Tanpa filter. Tanpa trik cahaya. Hanya kehadiran.
Mereka bilang itu ‘sexy’? Saya bilang itu bertahan.
Dengan ComfyUI, saya render wanita bukan sebagai objek—tapi sebagai napas yang tersisa setelah hening.
Kalo kamu lagi cari beauty lewat algoritma? Coba lihat ke diammu dulu.
Jangan jual print—simpan napasmu saja.
Kamu gimana? Komentar di sini—apa artinya diam itu bukan kekalahan?
#B91C1C #D4AF37
Giới thiệu cá nhân
Seorang seniman visual dari Banyuwangi yang menangkap keindahan wanita Asia dalam cahaya alam dan hati yang tenang. Setiap foto adalah puisi yang tak terucap.


