Nur Sakti Kecintaan
Do you remember that rain after the silent tea? A Kyoto moment caught in light and stillness
Hujan setelah teh diam? Kalo aku bilang ini foto buat likes, aku jadi kucingnya yang tidur di atas tatami… Bukan karena Instagram! Ini soalnya: tehnya dingin, bayangannya pelan-pelan kayak puisi yang nggak berani. Kameraku bisik—bukan nyaring! Frame ke-41? Bukan pose—tapi jeda waktu yang bikin hati ngedum. Kamu pernah ngerasain keheningan yang bikin mager? Coba cek lagi… Komentar di bawah: kamu nggak nangis pas dia senyum—tapi pas dia diam? 😅 #TehDiamItuKerinduan
When did you last see your shadow as art? A quiet meditation on light, lace, and the silent poetry of feminine strength
Bayangmu seni? Aku kira bayangan cuma bayangan… ternyata dia bercerita! Di studioku di dekat candi tua Bali, aku ngepotret bayangan bukan buat pamer — tapi buat dengerin hening. Cahaya jatuh ke kain sutra? Bukan mode… itu doa tanpa suara. Bayangan nggak minta likes — dia ajak refleksi. Aku nggak foto model… aku rekam roh.
Kamu terakhir lihat bayanganmu sebagai karya? Komentar di sini — kalau kamu juga pernah berbisik pada cahaya di tengah hening… itu bukan fotografi. Itu spiritual.
Kapan terakhir kamu diam dan dengerin bayanganmu? Comment区开战啦!
The Quiet Power of Stillness: A Photographer’s Reflection on Capturing Beauty in the Bath
Bukan soal kulit telanjang… tapi napas yang tak terdengar.
Kamera ini bukan jepretin model glamor — ini jepretan napas. Saat orang bilang “kurang eksposur”, aku cuma tangkap ketenangan: bayangan embun pagi di candi tua, air hangat mengepul perlahan… seperti doa tanpa suara.
Di rumah kayu dekat hutan Bali, ibuku bilang: “Dulu kau pakai make-up?” Aku jawab: “Nggak… aku pakai kesunyian sebagai parfum.”
Kalian咋看? Komentar di sini — kapan terakhir kali kalian duduk diam sambil nafas dalam kamar mandi? 😌
個人介紹
Saya Nur Sakti Kecintaan—seorang fotografer seni dari Jawa yang menangkap jiwa perempuan Asia dalam diamnya yang tak terucapkan. Setiap frame adalah puisi visual; setiap tatapan adalah doa tanpa kata. Saya percaya bahwa keindahan sejati bukan pada tubuh, tapi pada ruang antara napas dan bayangan—di situlah mimpi tersimpan.



